gerah
kadang
kita suka gerah kalo liat orang lain.
liat
orang punya usaha, pengen jadi pengusaha juga biar berasa sukses. liat orang
akademiknya dahsyat sampe scholarship ke luar negeri, kita ikut-ikutan pengen
ke luar negeri. liat orang hafal quran, kita pengen jadi hafidzah juga. liat
orang nulisnya bagus sampe dilike dan difollow ribuan orang, kita gatel pengen
nulis juga.
tapi
nyatanya, kita malah sibuk bermimpi. mungkin kita sempet mencoba untuk ngejar
kualitas mereka. awalnya kita coba nulis lalu post. bikin karya lalu post.
bikin cv lalu daftar. buka Quran lalu mulai menghafal.
satu
jam. dua jam.
sehari.
dua hari.
kita
geregetan buka instagram tiap 30 menit untuk liat likesnya nambah berapa. kita
kepoin temen kita yang sama-sama apply scholarship untuk tau pengalaman
organisasinya lebih banyak siapa. kita sok-sok nanya temen soal hafalan,
padahal cuma ngecek hafalan dia masih oke apa nggak.
kadang,
sadar nggak sadar kita terjebak dalam insecurities. kita silau liat mereka,
temen-temen kita yang udah ‘sukses’ duluan. mereka yang udah dapet predikat
‘panutan’ di mata masyarakat. kita kebelet pengen bisa kayak dia. Kita mulai
coba satu dan lain cara.
setelah
sekian menit, sekian jam, ternyata yang kita rasa malah hantaman kecewa karena
likes di postingan kita cuma 10, punya dia 2000. kita kecewa karena ternyata
sebelumnya dia bahkan udah pernah lolos exchange. kita kecewa karena ternyata
hafalan dia masih mempecundangi hafalan kita.
lalu
kita merasa terpuruk, bergumul dengan pikiran sendiri. malu sendiri karena
ngerasa payah.
dan
hari-hari selanjutnya rasanya abu-abu.
aku
nggak bisa kayak dia. ini nggak bakal ngefek. aku nggak punya bakat apapun
disini.
dan
sejuta pembelaan pembenaran lainnya
hey,
kamu ngelakuin ini semua buat apa sih? sebenernya apa yang kita kecewain?
ngerasa gagal karena kapasitas kita untuk menebar manfaat masih sangat kecil,
atau karena kita nggak dapat pengakuan seperti yang dia dapet dari orang-orang?
kalo
hati kita cenderung ke jawaban yang kedua, menangislah. menangislah meski kamu
belum bisa mengakui kalo itu bener. its okay to cry. its okay to fell ashamed.
its okay to be sad when you realise that you’ve done something bad.
fitrahnya,
ruh manusia punya kecondongan untuk berbuat baik. jadi ketika sadar niat kita
salah, menangis itu tandanya ruh masih punya kebaikan.
menangislah,
tumpahin semuanya.
Ya
Allah, aku malu. Ya Allah, aku ngelakuin hal yang salah. Ya Allah.. Ya Allah..
ketika
kamu gak punya kata-kata lagi untuk diluapkan, just cry and call His name.
Allah
bahkan nggak butuh kalimat apapun untuk paham apa yang kamu rasain. menangislah
sampai jiwa kamu rasanya robek-robek. menangislah, its okay untuk nunjukkin
bopeng-bopeng di hati kita sama Allah.
Allah
paham setiap luka, setiap sakit yang kita rasa. Allah nggak bakal menghujat
kamu, nggak bakal melabeli kamu cengeng, nggak bakal geuleuh meski ingus kamu
berleleran. somehow, kita akan sadar kalo Allah ngedengerin curhat kita. entah
gimana ngejelasinnya, tapi hatimu pasti bakal tau.
dan
bagian terbaiknya, Allah selalu merespon dengan cara terbaik.
udah
kelar nangisnya?
udah
ngerasa baikan?
oke,
sekarang liat ke depan dan setting ulang niat. apa rencanamu selanjutnya?
lanjut nulis? lanjut benahin cv? lanjut murajaah?
apapun
itu, mulailah dengan niat yang sederhana, yang penting ketulusannya terjaga.
bismillah, mulai melangkah pelan-pelan, tanpa perlu bandingin diri kamu dengan
capaian orang lain. setiap orang punya waktunya masing-masing dalam mencapai
sesuatu. nggak selalu sama antara satu dan lainnya. nggak usah dibandingkan
karena faktor yang membentuk diri kamu dan orang lain itu juga berbeda.
kalo
kamu gereget saat ada orang yang seusia dengan kamu tapi kebermanfaatannya
sudah besar, cukup diteladani aja. nggak perlu ditambah dengan meratapi diri
sendiri, apalagi menyalahkan keadaan.
bukan
karena kamu nggak mampu, dia hanya mulai lebih awal. orang tuh nggak bakal jago
logaritma kalo nggak mulai belajar operasi sederhana macam tambah-tambahan,
pengurangan, perkalian dan pembagian dulu. nggak bisa skip terus langsung
loncat ke perpangkatan.
kalo
kamu masih gagal. yaudah, gapapa. nggak mungkin sebuah proses dilalui tanpa ada
hambatan dan kegagalan dulu. lagian, nggak ada kisah yang lebih bosenin
dibanding kisah yang isinya seneng-seneng doang dari awal sampe akhir.
every
expert once a beginner, they said
jadi,
hargai setiap pelajaran yang kamu dapet sepanjang perjalanan. kenikmatan dalam
perjuangan itu didapat dari seberapa kamu tumbuh dari nggak bisa jadi bisa, dari
lembek jadi strong, dari begajulan jadi sayang sama Allah.
bukan
dari cie-cie yang didapat dengan instan padahal usahanya nggak seberapa. asikin
aja dulu pait-paitnya. percaya deh, suatu hari nanti, ketika kamu ngeliat ke
belakang, kamu bakal mikir “wah ternyata dulu aku semenye-menye itu ya hahaha”.
kamu bakal ketawa dengan entengnya, sadar sekarang kamu jauh lebih tangguh,
dengan kebermanfaatan yang tanpa disadari sudah mengalir deras kemana-mana,
tanpa terbesit pikiran buat riya’, in syaa Allah.
tunggu
apa lagi? ayo stop scroll down sekarang juga, libatkan Allah dan mulai usaha
lagi.
Komentar
Posting Komentar