Postingan

sosok lelaki terbaik

saya hanya mengenal dua sosok lelaki yang baik sebelum menikah, yaitu bapak dan adik bungsu. keduanya memiliki sikap ramah yang menyenangkan dan yang paling utama mereka memahami sikap saya sebagai anak perempuan bagi bapak dan saya sebagai kakak bagi adik saya. walaupun sudah menginjak di usia 22 tahun ini, bapak tetap menganggap saya sebagai anak perempuan kecilnya. tingkat kekhawatiran bapak semakin hari semakin meningkat. saya yang bekerja sambil kuliah, pada jam-jam tertentu, bapak selalu mencoba menghubungi saya, baik melalui sms ataupun telepon. dan yang paling saya kagum dari sosok seorang bapak adalah beliau tidak pernah memperlihatkan wajah lelah setelah seharian bekerja, namun di saat yang sama, saya juga meminta beliau untuk menjemput saya pulang kuliah pada jam 10 malam. betapa tak ada yang bisa menggantikan pengorbanan-pengorbanan seperti ini. pengorbanan yang tidak nampak namun terasa sampai sekarang. saya pun berpikir berkali-kali untuk memilih seorang suami, yang sika

teman

aku lagi ngerasain fase yang males banget menjalin pertemanan sama orang gara-gara bullying, berusaha bersahabat sama seseorang yang toxic banget karena berharap bisa memperbaiki dia, sampe ketemu orang yang paling geje. pelajaran yang aku dapet dari semuanya adalah….. yang ngebuat kita punya beban saat menjalin pertemanan adalah ketika kita berekspektasi kalo kebaikan kita harus dibalas dengan kebaikan yang sama. kita selalu berfikir bahwa kita berbuat baik ke seseorang karena orang tersebut teman kita. jadinya kadang kita ngeras bersalah dan gak setia saat harus ninggalin temen kita yang toxic, juga ngerasa sedih kalo ada temen kita yang tiba-tiba menjauh dari kita. itu manusiawi banget sih. tapi kelak ada masanya kita harus lebih memprioritaskan kesehatan emosi dibandingin ngurus hal-hal yang kayak gitu. syaratnya adalah….kita harus berani berprinsip kebaikan kita itu hak semua orang. tapi masalah berbagi rasa, berikan ke orang yang bener-bener pantas buat kita. jodoh sebenernya bu

tentang bapak

aku sama bapak gak punya kedekatan yang super lengket. bisa dibilang, aku lebih deket sama mamah. walaupun sama mamah juga deketnya gak bnaget-banget sih. bisa dibayangin kan kalau sama bapak gimana? bapak itu jarang ngobrol. apalagi ngajak ngobrol anak perempuannya. bapak lebih suka mengungkapkan langsung lewat perbuatan. “paak, itu dikamar ada cicak mati.”  “bapak, bantuin dorong lemari di kamar ya.”  “bapaaak ada tikus.” “pak, gasnya abis.” “paak bisa jemput?” bapak gak pernah ngerespon dengan banyak ngobrol. respon-respon bapak selalu ringan. gak pernah lebih dari satu kalimat. misalnya; “tinggal dibuang atuh teh.” dan berbagai respon santai lainnya. bapak lebih suka langsung action. langsung bantuin. langsung lakuin. langsung beresin. langsung benerin. mungkin, begitulah cara bapak mengungkapkan rasa cinta kepada anak-anaknya. kecuali kalau bapak udah gemes. baru deh sekali-kalinya ngomong lebih dari satu kalimat. mungkin karena pengaruh mamah juga yang lebih dominan bicara ketim

ada Allah kok

masing-masing orang pasti pernah banget hectic sama urusannya masing-masing. pernah banget kuatir yang berlebihan dengan suatu hal. takut ntar gak lulus kuliah. takut gak dapet kerja. takut jomblo. takut nikah. takut punya anak. dan banyak kasus lain. beberapa orang yang Allah kasih sakit yang gak ringan macem cancer, stroke, jantung, gagal ginjal, dan penyakit-penyakut horor lain ini kebanyakan penyakitnya justru ngasih impact ke orang terdekatnya. ini ujian yang gak cuma ngelatih sabar orang yang kebetulan sama Allah dikasih yang begitu itu. pun ujian untuk orang di sekitarnya. masing-masing orang pasti punya masalah masing-masing. berat ringan itu sudah Allah takar sesuai batas kemampuan masing-masing. jadi gak mungkin over load. kitanya aja yang kadang sering panik duluan sampai lupa kalau ada Dzat yang bisa bantu kita menguraikan masalah tadi. “ada Allah kok.” kitanya aja yang kadang lupa. ingetnya, masalah ini harus diselesaikan sendiri. padahal ya enggak. ada Allah. kita cuma k

semakin

semakin bertambah umur, semakin sadar kalau buka puasa di rumah bersama keluarga lebih segalanya daripada buka di luar sana. semakin bertambah umur, semakin sadar kalau ramadhan itu lebih dari sekadar menahan lapar dan dahaga. semakin bertambah umur, semakin sadar kalau baju baru di hari lebaran itu tidak penting. semakin bertambah umur, semakin sadar kalau lama-lama belanja ke mall untuk beli-belian jelang lebaran sama dengan membuang waktu percuma. semakin bertambah umur, semakin sadar kalau ramadhan memang bulan istimewanya Al-Qur'an. semakin bertambah umur, semakin sadar kalau ramadhan lebih dari sekadar mencapai target mengkhattamkan Al-Qur’an. semakin bertambah umur, semakin sadar kalau ibadah ramadhan di tahun-tahun sebelumnya selalu terasa kurangnya. semakin bertambah umur, semakin sadar kalau kualitas ibadah di bulan ramadhan yang sudah dilewati belum ada apa-apa nya. semakin bertambah umur, semakin sadar kalau tahun depan belum tentu masih punya kesempat

7 indikator kebahagiaan menurut al-Qur'an

1. QOLBUN SYAKIRUN Hati yg selalu bersyukur.  Artinya selalu menerima apa adanya (qona'ah), sehingga tidak ada ambisi yang berlebihan, tidak ada stress, inilah nikmat bagi hati yang selalu bersyukur. (QS 13:28, 2:152, 16:18, 34:14, 55:13, 14:7) 2. AL-AZWAJU SHALIHAH Pasangan hidup yang sholeh.  Pasangan hidup yang sholeh akan menciptakan suasana rumah dan keluarga yg sholeh pula. (QS 51:49, 17:32, 24:32, 24:26) 3. AL-AULADUL ABRAR Anak yg sholeh/sholehah . Do'a anak yg sholeh kepada orang tuanya dijamin dikabulkan Allah SWT, berbahagialah orang tua yang memiliki anak sholeh/sholehah. (QS 17:23, 31:14, 46:15, 29:8, 25:74) 4. AL-BAIATU SHOLIHAH Lingkungan yg kondusif untuk iman kita.  Rasulullah menganjurkan kita untuk selalu bergaul dengan orang-orang sholeh yang selalu mengajak kepada kebaikan dan mengingatkan bila kita salah. (QS 4:69, 51:55, 26:214, 5:2) 5. AL-MALUL HALAL Harta yang halal.  Bukan banyaknya harta tapi halalnya harta yang dimiliki.

gerah

kadang kita suka gerah kalo liat orang lain. liat orang punya usaha, pengen jadi pengusaha juga biar berasa sukses. liat orang akademiknya dahsyat sampe scholarship ke luar negeri, kita ikut-ikutan pengen ke luar negeri. liat orang hafal quran, kita pengen jadi hafidzah juga. liat orang nulisnya bagus sampe dilike dan difollow ribuan orang, kita gatel pengen nulis juga. tapi nyatanya, kita malah sibuk bermimpi. mungkin kita sempet mencoba untuk ngejar kualitas mereka. awalnya kita coba nulis lalu post. bikin karya lalu post. bikin cv lalu daftar. buka Quran lalu mulai menghafal. satu jam. dua jam. sehari. dua hari. kita geregetan buka instagram tiap 30 menit untuk liat likesnya nambah berapa. kita kepoin temen kita yang sama-sama apply scholarship untuk tau pengalaman organisasinya lebih banyak siapa. kita sok-sok nanya temen soal hafalan, padahal cuma ngecek hafalan dia masih oke apa nggak. kadang, sadar nggak sadar kita terjebak dalam insecurities. kita silau